Selasa, Oktober 14, 2008

Tentang sebuah kata bernama etika

Tentang sebuah kata bernama etika

Pertama-tama, izinkan saya menyampaikan sebuah perumpamaan yang isinya begini...

Di sebuah rel kereta yang masih aktif, ada sekumpulan anak-anak yang bermain. Mereka bermain dengan gembira tanpa menyadari bahwa sesungguhnya mereka ada dalam bahaya. Di bagian lain, ada rel kereta yang tidak aktif. Dan disana hanya ada satu anak yang bermain. Dia dalam posisi aman, karena toh rel kereta itu udah tidak terpakai lagi.

Suatu ketika kereta datang dan melaju begitu kencang.

Ok... stop sejenak.

Bayangkan seandainya di saat itu Anda ada di posisi pemindah jalur kereta.

Dan Anda punya dua pilihan:
1.) Membelokkan kereta itu ke jalur tidak aktif
Pertimbangan: untuk menyelamatkan mayoritas anak-anak yang salah namun resikonya Anda mengorbankan satu anak yang tidak salah.
2.) Membiarkan kereta itu melaju apa adanya.
Pertimbangannya: anak yang benar tidak boleh dikorbankan hanya demi teman-temannya yang salah.

Dalam posisi semacam itu. Keputusan mana yang Anda ambil?

Pikirkan... dan renungkan.

Yup, ada sekelompok orang yang berdasar etika dan logikanya memilih nomer 1, alasan demi menyelamatkan banyak anak... meskipun mereka salah.

Ada pula orang yang memilih nomer 2... dengan pemikiran yang benar tetep mesti dijunjung tinggi... meskipun hanya sedikit.

Jadi, mana standar yang benar? Atau paling nda... yang lebih benar??
Pemilih (1) toh akan merasa benar karena menyelamatkan banyak orang.
Pemilih (2) juga akan merasa benar karena menyelamatkan orang yang benar.

bingung....

Semua memang sangat rancu... sebuah keputusan tidak bisa begitu saja dibilang benar atau salah.

Semua keputusan tentu ada baik dan ada buruknya. Dan Anda tidak akan pernah bisa men-judge yang satu ini pasti lebih baik daripada yang lain. Anda nda bisa berkata keputusan (1) lebih etis dari yang kedua... ataupun sebaliknya.

Yah... sebuah problema yang bernama... ETIKA...

Dari perumpamaan sederhana di atas, ada satu hal yang ingin saya tekankan, yaitu...
Anda tidak bisa... dan tidak aka pernah bisa... menetapkan standar etika yang benar dan baku pada semua orang...

Sebagai implikasinya, Anda juga tidak akan pernah bisa... begitu saja menganggap/menuduh orang lain tak punya etika, atau melanggar apa yang disebut etika.

Karena toh memang setiap orang itu... punya standar yang BERBEDA...

Belajarlah menerima dan memahami pemikiran orang lain...
Belajarlah berpikir positif dan mencoba mengerti...

Berhentilah untuk menjudge... orang seperti ini pelanggar etika. Orang seperti ini etikanya parah.

Nah yang jadi pertanyaannya:
Etika yang mana??

Etika siapa??

Karena toh... Standar etika adalah rancu.

Apakah yang dipercayai orang banyak adalah yang benar??
Apakah yang dipercayai oleh penguasa adalah yang benar??

Belum tentu...

Jika diukur melalui sebuah standar, Anda mungkin saja benar dan Anda toh melakukan sebuah tindakan yang wajar.

Jika diukur melalui standar yang beda, mungkin saja Anda dinilai sebagai pelanggar etika. Mungkin saja Anda adalah orang yang tidak tahu diri, tidak tahu tata krama...

Who knows?

Ok, saya coba berikan sebuah contoh... yang lebih realistis...

Satu orang mungkin beranggapan bahwa menunjukkan kesalahan orang secara blak-blakan di hadapan publik adalah sah dan etis. Kalau hal semacam itu nda etis, untuk apa jadinya ada hal2 seperti tajuk rencana atau surat pembaca??

Hal semacam ini umum diterapkan di negara2 liberal. Sistem di Singapura ini juga sedikit banyak bercampur hal2 ini. Blak2an untuk serang menyerang saat Annual General Meeting... saat kampanye pemilihan presiden... de el el.

Ada pula tipikal orang yang tidak mau terang2an... Gak mau ngomong langsung. Namun berbuat jelek di belakang... ngomongin jelek di belakang. Ini didasarkan pada pertimbangan menjaga agar orang tidak sakit hati di depan umum. Sistem seperti ini umumnya diterapkan di negara2 timur.

So, mana yang melanggar etika?! Standar mana toh yang lebih benar?

Mana yang salah?

Orang pertama... karena tidak tahu diri mempermalukan orang di depan publik??
Atau orang kedua... karena tidak mau terus terang dan diam-diam saja... bukannya itu sama saja menikam dari belakang??

Jadi mana yang tidak sopan? Mana yang berpikir aneh?!

Orang tipe pertama akan berpikir orang kedua aneh dan kejam.
Orang tipe kedua akan berpikir orang pertama aneh dan kejam.

Kalau saja satu orang "keukeuh" pada pendiriannya, maka ia akan selamanya menganggap orang lain itu aneh dan tidak etis.

Jika satu orang juga berpegang pada satu standar etika... ia akan mudah terpancing emosi dan berkata pada orang yang berbeda pandangan dengan kata-kata...

"Anda rancu. Gak punya etika..."

Tentang sejauh mana... sebuah perkataan akan dianggap menyinggung?
Tentang sejauh mana... sebuah tindakan dianggap melanggar batas?
Seperti apa... sikap yang disebut tidak menyenangkan?

Sampai batas inikah? Atau itukah?

Sebenarnya siapa sih yang berhak memberi batas?!?

Saya mungkin berpikir bahwa tidak membalas SMS adalah hal yang tidak sopan.
Ada yang beranggapan... ach itu kan biasa.

Saya mungkin berpikir bahwa datang terlambat tanpa memberitahu adalah kurang ajar.
Ada yang beranggapan... itu biasa kok.

Saya mungkin beranggapan... orang masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintu itu gak sopan
Ada mungkin yang beranggapan... ach, kita kan teman...

Saya mungkin bisa menerima, kalo orang secara blak2an kasih tahu kesalahanku, dengan cara2 tertentu
Ada mungkin yang beranggapan... iih kurang ajar deh, emang Anda sapa

Bagi setiap orang... apakah standarnya serupa??
Batasan setiap orang untuk sebuah hal adalah berbeda... dan selalu akan berbeda...

Dalam keadaan stabil dibanding keadaan emosi
Standar seseorang pun bisa berubah

Apalagi pada orang yang beda...

Yah jadi kembali kepada intinya...
Belajarlah untuk mengerti...
Belajar untuk menerima...
bahwa setiap orang berbeda...

Bahwa banyak hal-hal di dalam hidup ini. Antara yang etis ataupun yang bukan...

bukanlah untuk dipaksakan...
bukanlah untuk ditekankan

tapi untuk DITERIMA... apa adanya...

"Tetapi saya tetap yakin anda tetap memerlukan etika... karena etika adalah hal kecil yang akan membuat anda menjadi orang besar"



--
Resource :

erwinarianto@gmail.com
27 November 2007 09:19

Best Regard
Erwin Arianto,SE
Internal Auditor
PT.Sanyo Indonesia
Ejip Industrial Park Plot 1a Cikarang-Bekasi

INSPIRING WORDS

" Jika Dia menerapkan keadilan-Nya atas manusia, tentulah tidak akan ada suatu kebaikan pun tersisa bagi mereka. Jika Dia memberikan karunia-Nya kepada mereka, tentulah tidak ada suatu keburukan pun bagi mereka yang masih tersisa "

Resource :
reksaleadershipcentre@yahoo.com
27 November 2007 08:40
Salam IHSAN,
RLC