Minggu, Juni 28, 2009

The Singer Not The Song

Lir-ilir, ilir-ilir

Tandure wus sumilir

Tak ijo royo-royo

Tak sengguh temanten anyar

Bocah angon, bocah angon

Penekno blimbing kuwi

Lunyu-lunyu penekno

Kanggo mbasuh dodot-iro

Dodot-iro, dodot-iro

Kumitir bedah ing pinggir

Dondomono, jlumatono

Kanggo sebo mengko sore

Mumpung padhang rembulane

Mumpung jembar kalangane

Bait-bait di atas secara harafiah menggambarkan hamparan tanaman padi disawah yang menghijau, diterpa oleh tiupan angin yang menggoyangkan nya dengan semilir nan lembut sehingga menarik mata untuk memandangnya

Pengantin baru yang dimaksud adalah usia muda yang masih segar, dan sehat yang digambarkan padi yang masih hijau bukan padi yang sudah kuning. Jadi ini adalah penggambaran usia muda yang penuh harapan, penuh potensi, dan siap untuk bekerja keras serta berkarya. Bocah angon (anak gembala),panjatlah buah belimbing itu. Panjatlah meskipun pohonnya licin, karena buah itu berguna untuk membersihkan pakaianmu. Buah belimbing yang bergigir lima itu melambangkan lima rukun Islam; dan intisari dari buah itu berguna untuk membersihkan perilaku dan sikap mental manusia. Ini harus kita upayakan betapapun sulitnya rintangan dan hambatan yang kita hadapi.Memang apabila kita hendak menegakkan kebenaran pastilah rintangan dan hambatan selalu ada didepan kita. (Sepiroa gedening sengsara yen tinampa amung dadi coba). Seberat apapun kesengsaraan, kenistaan, kesusahan dalam hidup ini kalau kita terima dengan pasrah hanyalah merupakan cobaan hidup belaka.

Bocah angon diibaratkan sebagai anak remaja yang masih polos, lugu dan masih dalam tahap awal dari perkembangan mental dan fisiknya. Memang bagi orang Jawa sering mengkonotasikan bocah angon sama dengan usia remaja (karena masih disebut bocah, dan biasanya penggembala hewan sebagian besar adalah anak-anak). Namun pengertian penggembala dapat menjadi pemimpin, baik pemimpin keluarga, tokoh masyarakat, ataupun pemimpin formal dalam berbagai tingkatan dari ketua RT sampai pimpinan negara. Ing ngarsa sung tulada, ing madya mbangun karsa, tut wuri handayani. Demikianlah seharusnya pemimpin bertindak sebagai suri tauladan bagi masyarakatnya. Pakaianmu tertiup angin berkibar-kibar, robek-robek di pinggirnya. Maka jahitlah dan rapikan agar pantas dikenakan untuk bersujud pada-Nya. "Sebo" (Paseban adalah tempat/ruangan raja yang digunakan untuk rakyatnya menghadap/sowan) adalah istilah yang dipergunakan untuk perbuatan 'sowan' atau menghadap raja atau pembesar.

Pakaian adalah perilaku atau sikap mental kita dalam kesehariannya yang kelak akan dipertanggungjawabkan dihadapan Sang Khalik (Sing sapa nandur bakal ngundhuh > Siapa yang menanam dia yang akan menuai). Mengko sore (nanti sore) adalah ibarat waktu senja dalam kehidupan, yaitu menjelang akhir menghadapi kematian kita.

Ajining diri gumantung ing lati, ajining raga gumantung ing busana.> Pergunakan terangnya cahaya, jangan menunggu sampai kegelapan tiba. Pergunakan keluasan kesempatan yang masih tersisa, jangan menunggu sampai waktunya menjadi sempit dan tak bermakna.

source :
Dodi Andreas
TheProfec@yahoogroups.com
28 November 2007 19:01

1 komentar:

Tuty Yosenda mengatakan...

nice post, bro ... salam kenal ;-)