Minggu, Juli 20, 2008

Menjadi pahlawan atau pecundang?


Menjadi pahlawan atau pecundang?
Pahlawankah anda, atau seorang pecundang? Sebuah pertanyaan yang mungkin terkesan janggal. Jelas2 beda... kok masih ditanya...
Di satu sisi, pahlawan akan disanjung tinggi. Di sisi lain seorang pecundang akan diingat sebagai pihak minus. Sisi negatif..

Tapi apa iya sih memang beda?

Keduanya mungkin saja serupa. Keduanya melakukan tindakan yang sama2 aja.
Bisa jadi keduanya melakukan langkah2 yang sama2 keras... langkah2 yang kesannya "anarkis" dan ofensif...

Terkadang yang membedakan hanyalah... hasil akhir. Sukseskah atau gagal? menangkah... atau kalah?

Suatu titik rawan yang membedakan apakah seseorang itu menjadi pahlawan... atau pecundang.

Kok bisa?
Anda masih bingung dengan pernyataan itu. Ok, saya akan memberi permisalan berupa contoh2... Jadi siap2lah gunakan imajinasi anda. Siapkan sandaran kursi yang enak dan mouse di tangan kanan anda untuk roll screen penjelasan di bawah.

Pertama, anda tahu Napoleon Bonaparte.... salah satu tokoh besar dalam revolusi Perancis. Seorang yang memimpin armada Perancis dalam upaya mempersatukan Eropa. Dan sampai pada suatu titik ia akhirnya kalah. Usahanya gagal... dan akhir hidupnya cukuplah memprihatinkan.

Pernahkah anda membayangkan seandainya Napoleon Bonaparte tak pernah kalah dan pada akhirnya sukses menyatukan Eropa... Jika saja pada akhirnya Eropa kemudian menjadi satu negara, anggaplah bernama Europion.

Jika sejarah berbicara githu, tidakkah ia saat ini sudah akan menjadi tokoh yang ternama?? Pahlawan pemersatu Eropa. Pembentuk Europion. Begitu...

Sayang toh usahanya gagal. Ia kalah dalam perang di Waterloo dan ia kemudian ia malah dikenal menjadi penjahat perang. Seorang tokoh... antagonis.

Ok, lain cerita lagi. Tahu tentang Adolf Hitler? Tahu dong. Ia dikenal sebagai pembantai yang sadis dan kejam bagi bangsa Yahudi semasa perang dunia 2.

Pernah coba bayangkan seandainya dia adalah pemenang perang? Seandainya semua kekuasaan Eropa akhirnya ada di tangan Jerman? Seandainya Jerman jadi pihak pemenang di perang dunia 2 dan sukses menjadi penguasa Eropa... Coba bayangkan jika sejarah berkata demikian.

Tidakkah ia akan dianggap sebagai pahlawan? Sebagai seorang tokoh yang sukses. Dan buku2 sejarah mencatat dia sebagai seorang yang "baik"? Terlepas dari pembantaiannya terhadap kaum Yahudi? Mungkin tak akan pernah diekspos. Mungkin saja yang diekspos adalah kesuksesannya menyatukan dunia. Atau apapun itu. Sesuatu yang nilainya positif.

Jendral Mc Arthur, panglima perang di Pearl Harbour... pada akhirnya menjadi pemenang perang setelah strateginya berhasil memukul mundur pasukan blok sentral di perang dunia kedua. Tidakkah ia lantas dipuja-puja sebagai pahlawan. Sebagai seorang tokoh sukses...

Pada kenyataannya.. bukankah ia toh sama2 saja dengan Hitler dan Napoleon? Hitler membunuh dalam peperangan, dia juga. Napoleon menerapkan strategi perang untuk memperoleh kedudukan dan wilayah, dia juga.

Jadi apa bedanya?

Bedanya... dia menang dan sukses. Dan pada akhirnya orang menganggapnya sebagai tokoh baik. Sayang bahwa yang lainnya adalah pihak yang kalah... dan tinggallah mereka sebagai pecundang dan penjahat.

Pemimpin armada pro dan kontra kemerdekaan Timor-Timur misalnya. Ketika tahun 1970-an Timtim memilih integrasi dengan Indonesia, pihak Fretilin (pro kemerdekaan) seolah menjadi tokoh antagonis dalam buku2 sejarah.

Namun setelah di awal tahun 2000-an, dengan referendum ulang dan Timtim merdeka, tidakkah tokoh pro kemerdekaan lantas jadi pahlawan?? Bukan lagi pemberontak.

Seandainya GAM di Aceh sukses memerdekakan negeri Aceh, mungkin saja mereka akan menjadi pahlawan bagi rakyat Aceh? Coba bayangkan saja...

Seandainya terjadi sebuah kudeta di suatu negara... dan "kudeta" itu telah terbukti sukses, tidakkah sang pengkudeta lantas menjadi pahlawan? Menjadi rezim baru yang dicatat sejarah telah berbuat baik?? Dia berkuasa. Apa mungkin masyarakat akan mencap dia sebagai penjahat?

Andaikata kudeta itu gagal, tidakkah mereka hanya akan tercatat sebagai kaum pemberontak semata? Tidak beda dengan usaha2 "pemberontakan" yang mengganggu integritas bangsa?

Jika dilihat secara netral... tanpa bermaksud memihak sisi manapun...

Bukankah para "penjahat" melakukan tindak kekerasan? Apa para "pahlawan" tidak?
Bukankah "penjahat" melakukan tindak radikal? Bukannya "pahlawan" toh juga.

Jadi... apa bedanya?
Sekedar menang dan kalahkah? Sekedar sukses dan gagalkah?

What do you think?



--
Best Regard
Erwin Arianto,SE
from :
erwinarianto@gmail.com

Tidak ada komentar: